Bangsa iIndonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya seninya.
Dimulai dari yang sederhana sampai luar biasa yang bisa kita nikmati dan bisa kita banggakan.
Ini di mulai dari hasil karya anak sekolah yang nanti akan memberi motivasi pada kita semua.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dua ratus karya seni rupa dari 23 propinsi di Indonesia tampil dalam Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013. Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013 ini dibuka Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, mengambil tema "Sana Sini Seni Budayaku" di Galeri Nasional Jakarta berlangsung dari hari Sabtu, 29 Juni - Minggu, 14 Juli 2013.
Tema "Sana Sini Seni Budayaku" dipilih untuk mencoba melihat kedalaman anak-anak Indonesia dalam menginterprestasikan atau memaknai tentang konsep budaya. Pameran ini diikuti peserta setara dengan playgroup, sekolah dasar,sekolah menengah pertama, dalam lingkup pendidikan formal maupun non formal dari pelbagai wilayah seperti Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kurator Citra Smara Dewi mengatakan,"Mengangkat nilai-nilai budaya pada karya seni rupa perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak, antara lain melalui jalur pendidikan. Pendidikan adalah proses enkulturasi yang mempunyai peran strategis dalam mewariskan nilai-nilai termasuk di dalamnya nilai seni budaya. Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa pada anak-anak sangat penting sebagai pondasi dalam mempersiapkan anak-anak menghadapi derasnya arus globalisasi."
Sementara menurut Kuss Indarto,"Melukis bagi anak-anak memang sebaiknya diposisikan sebagai bermain, bukan bekerja, atau apalagi sebagai beban. Ketika unsur bermain menipis dalam praktek seni rupa anak-anak maka spontanitas, ekspresi, kreatifitas, dan dunia imajinasi akan terpinggirkan."
Perhelatan seni rupa anak ini mempunyai keterbatasan ruang sehingga menjadikan proses seleksi dan kurasi menentukan karya yang dipamerkan selain kemungkinan ideal menyimak sebuah pameran yang mendekati ideal.Walau di dalam proses aplikasi dan seleksi tidak dihasratkan sebagai sebuah kompetisi yang berujung penentuan pemenang atau juara.
Lain lagi dengan Yuswantoro Adi, seorang kurator, pelukis, dan pengajar Art For Children Taman Budaya Yogyakarta. Menurutnya, hakikat pendidikan seni rupa anak adalah ruang bermain bagi anak untuk mengembangkan dirinya lewat kesenian. Ruang yang baik adalah ruang luas yang terbuka sehingga membuka segala kemungkinan.
"Keluasan dan keterbukaan dalam konteks pembicaraan ini ada tiga hal. Ketiganya saya sebuat sebagai tiga ang, yakni senang, kembang, dan kenang. Senang, siapapun yang mengikuti pendidikan seni rupa sudah barang tentu adalah anak yang senang menggambar pada awalnya. Kembang, ruang ini harus menyediakan alat, bahan sarana, prasarana, fasilitas, serta kesempatan agar anak bisa berkembang dan mengembangkan dirinya. Kenang, jadikanlah ruang ini sebagai sesuatu yang kelak akan terus dikenang anak." Kata Yuswantoro Adi.
Selain karya berwujud lukisan turut dipamerkan pula karya seni tiga dimensi hasil daur ulang sampah, pelbagai dolanan tradisional anak, permainan kertas, dan workshop seni rupa. Turut berpartisipasi dalam perhelatan ini pelbagai sanggar seni anak seperti Art For Children Taman Budaya Yogyakarta, Sanggar Daun Surabaya, Rumah Seni Adhi Cita Bandung, Sanggar Seni Barudak Sukabumi, dan Studio Dusun Delod Margi Bali.
Dimulai dari yang sederhana sampai luar biasa yang bisa kita nikmati dan bisa kita banggakan.
Ini di mulai dari hasil karya anak sekolah yang nanti akan memberi motivasi pada kita semua.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dua ratus karya seni rupa dari 23 propinsi di Indonesia tampil dalam Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013. Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013 ini dibuka Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, mengambil tema "Sana Sini Seni Budayaku" di Galeri Nasional Jakarta berlangsung dari hari Sabtu, 29 Juni - Minggu, 14 Juli 2013.
Tema "Sana Sini Seni Budayaku" dipilih untuk mencoba melihat kedalaman anak-anak Indonesia dalam menginterprestasikan atau memaknai tentang konsep budaya. Pameran ini diikuti peserta setara dengan playgroup, sekolah dasar,sekolah menengah pertama, dalam lingkup pendidikan formal maupun non formal dari pelbagai wilayah seperti Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kurator Citra Smara Dewi mengatakan,"Mengangkat nilai-nilai budaya pada karya seni rupa perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak, antara lain melalui jalur pendidikan. Pendidikan adalah proses enkulturasi yang mempunyai peran strategis dalam mewariskan nilai-nilai termasuk di dalamnya nilai seni budaya. Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa pada anak-anak sangat penting sebagai pondasi dalam mempersiapkan anak-anak menghadapi derasnya arus globalisasi."
Sementara menurut Kuss Indarto,"Melukis bagi anak-anak memang sebaiknya diposisikan sebagai bermain, bukan bekerja, atau apalagi sebagai beban. Ketika unsur bermain menipis dalam praktek seni rupa anak-anak maka spontanitas, ekspresi, kreatifitas, dan dunia imajinasi akan terpinggirkan."
Perhelatan seni rupa anak ini mempunyai keterbatasan ruang sehingga menjadikan proses seleksi dan kurasi menentukan karya yang dipamerkan selain kemungkinan ideal menyimak sebuah pameran yang mendekati ideal.Walau di dalam proses aplikasi dan seleksi tidak dihasratkan sebagai sebuah kompetisi yang berujung penentuan pemenang atau juara.
Lain lagi dengan Yuswantoro Adi, seorang kurator, pelukis, dan pengajar Art For Children Taman Budaya Yogyakarta. Menurutnya, hakikat pendidikan seni rupa anak adalah ruang bermain bagi anak untuk mengembangkan dirinya lewat kesenian. Ruang yang baik adalah ruang luas yang terbuka sehingga membuka segala kemungkinan.
"Keluasan dan keterbukaan dalam konteks pembicaraan ini ada tiga hal. Ketiganya saya sebuat sebagai tiga ang, yakni senang, kembang, dan kenang. Senang, siapapun yang mengikuti pendidikan seni rupa sudah barang tentu adalah anak yang senang menggambar pada awalnya. Kembang, ruang ini harus menyediakan alat, bahan sarana, prasarana, fasilitas, serta kesempatan agar anak bisa berkembang dan mengembangkan dirinya. Kenang, jadikanlah ruang ini sebagai sesuatu yang kelak akan terus dikenang anak." Kata Yuswantoro Adi.
Selain karya berwujud lukisan turut dipamerkan pula karya seni tiga dimensi hasil daur ulang sampah, pelbagai dolanan tradisional anak, permainan kertas, dan workshop seni rupa. Turut berpartisipasi dalam perhelatan ini pelbagai sanggar seni anak seperti Art For Children Taman Budaya Yogyakarta, Sanggar Daun Surabaya, Rumah Seni Adhi Cita Bandung, Sanggar Seni Barudak Sukabumi, dan Studio Dusun Delod Margi Bali.