Tuesday, December 24, 2013

Karya Seni 3 Dimensi

Artphoria 2013, Menikmati Karya Seni 3 Dimensi

Rabu, 18 Desember 2013 | 17:04 WIB

Mahakarya Kurt Wenner, seniman kelas dunia asal Amerika.

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih segar dalam ingatan, kemeriahan dan antusiasme atas pameran seni “Trick Art Japan” yang sukses menyedot 60 ribu pengunjung, tahun 2012 lalu. Tahun ini, promotor acara seni kreatif Trimitra Events sebagai penyelenggara, kembali menggelar “Artphoria 2013” yang tidak kalah menariknya.

Selama 44 hari mulai dari 14 Desember 2013 hingga 26 Januari 2014 di Ciputra Artpreneur Center, Ciputra World 1 Jakarta, lantai 11, pengunjung dapat mengapresiasi dan menikmati mahakarya seni dari 1 seniman internasional, 5 seniman Indonesia, dan puluhan talenta dan komunitas kreatif.

Tetap konsisten seperti “Trick Art Japan”, yakni mengedepankan karya seni 3 dimensi, kali ini Artphoria 2013 menampilkan mahakarya dari Kurt Wenner, seniman kelas dunia asal Amerika, yang dikenal sebagai sosok yang memopulerkan 3D Pavement Art atau Anamorphic Street Painting.

Ciri khas karyanya bersifat ilusi optikal, yakni karya seni modern yang memanfaatkan manipulasi daya pandang manusia. Dari rangkaian lukisan pada objek datar yang memadukan warna, perspektif, dan teknik pencahayaan khusus, terciptalah karya seni yang mencengangkan dan tampak benar-benar hidup.

Total ada 11 karya Kurt Wenner yang ditampilkan, di mana 1 di antaranya yang bertajuk “Shangri La” disajikan spesial melalui sesi Live Demo Special Painting langsung di hadapan pers dan pengunjung. “Ini adalah pameran yang menampilkan karya seni lukis 3 dimensi dengan jumlah terbanyak dalam satu tempat secara bersamaan,” ujar Kurt Wenner.

ARSIP KURT WENNER Mahakarya Kurt Wenner, seniman kelas dunia asal Amerika.
Artphoria 2013 menggagas tema “Art is Now Exciting” bukan tanpa alasan. Selain memamerkan karya terbaik hasil kemampuan tingkat tinggi, lebih dari itu karya seni di “Artphoria 2013” juga ditampilkan sebagai sesuatu yang seru. “Seru di sini dalam artian karya seni yang dipamerkan tidak hanya atraktif, namun dibawa ke tingkat yang lebih tinggi yakni asyik dan interaktif sehingga para audiens dapat bersenang-senang menikmatinya,” ungkap Daniel Suharya, pemimpin Trimitra Events.

Dalam konteks lukisan 3 dimensi kreasi dari Kurt Wenner, karya seni bukan hanya bersifat visual dipandang mata, namun pengunjung pun bisa melebur untuk lebih intim berinteraksi.

Jika biasanya pengunjung sebuah pameran dilarang menyentuh atau berfoto dengan karya seni yang ada, justru di Artphoria 2013 pengunjung dianjurkan membawa kamera dan diperbolehkan untuk berfoto diri dalam beragam pose bersama karya-karya seni tersebut, sehingga menghasilkan foto unik dengan ilusi optikal.

Terkait hal ini, akan diadakan pula kompetisi foto “Fun with Artphoria” dengan penilainya para juri selebritas, yang berhadiah menarik seperti ponsel pintar dan komputer tablet.

Selain Kurt Wenner, ada juga 5 seniman Indonesia yang turut andil memamerkan karyanya, yakni Hendra Harsono, Rotua Magdalena, Diela Maharani, Zaky Arifin, dan Nady Azhry. Para seniman muda ini unjuk gigi dengan beragam basis kreativitas sesuai karakternya masing-masing.

Masih ada lagi, 29 komunitas kreatif nan unik turut mengisi stan-stan yang ada, dari mulai komunitas menggambar, kerajinan tangan, fotografi, hingga cosplay, sebut saja Komunitas Lubang Jarum Indonesia, Komunitas Peri, Komunitas Atap Alis Indonesia, Barudak Urban Light Bandung, Pena Hitam Arts, Kelas Pagi, Masyarakat Komik Indonesia, Invalid Urban, dan Komunitas Cosplay.

ARSIP KURT WENNER Mahakarya Kurt Wenner, seniman kelas dunia asal Amerika.
Artphoria 2013 adalah festival seni meriah yang bukan sekadar ajang pameran, namun juga diramaikan dengan pergelaran hiburan dan workshop. Ada hiburan setiap akhir pekan dari penampil dan musisi yang unik dan berbeda, di antaranya Jakarta Broadway Team, Bojafoo Percussion, Taman Suropati Chamber, The Rombenkz, Mime Couztic, hingga Jakarta Beatbox Clan.

Selain itu, ada pula beragam workshop menarik, yang menjadikan Artphoria 2013 sebagai festival seni yang menghibur dan edukatif. Sebuah pesta besar untuk merayakan dan menghargai seni, kreativitas, interaksi, dan inspirasi bagi semua orang. (*)

Editor : I Made Asdhiana

Seni Unik di Biennale Desain dan Kriya Indonesia

Rabu, 18 Desember 2013, 17:14 WIB

Menikmati Karya Seni Unik di Biennale Desain dan Kriya Indonesia

Rahmayulis Saleh Salah satu karya kreatif ditampilkan dalam Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013 yang dibuka Kamis, (19/12/2013) di Galeri Nasional Indonesia./Bisnis-Rahmayulis Saleh
Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk pertama kalinya mengadakan Biennale Desain dan Kriya Indonesia 2013, ajang seni yang mengolaborasikan beragam desainer dari disilpin berbeda, untuk membuat sebuah karya seni yang baru dan unik.

Kegiatan Biennale yang diselenggarakan selama sebulan penuh mulai 19 Desember 2013 hingga 19 Januari 2014 di Galeri Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Timur Jakartan itu akan menampilkan sejumlah karya kreatif anak bangsa.

"Ajang Biennale ini diharapkan bisa menjadi tolak ukur bagi produk kreatif dalam negeri. Juga bisa memunculkan dan merangsang kreativitas pelaku seni dan dari seluruh masyarakat Indonesia," kata Wakil Menteri   Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, di Jakarta, Rabu (18/12/2013).

Kegiatan yang digagas oleh Direktorat Pengembangan Seni Rupa, Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Kemenparekraf itu, melibatkan sebanyak 93 peserta dari delapan sektor ekonomi kreatif.

Kedelapan sektor itu adalah bidang arsitektur, produk, mebel, kriya, tekstil, fashion (mode), grafik, dan interior. Semua terbagi dalam 13 karya kolaborasi, dan 53 karya perseorangan.

"Tema yang diusung dalam ajang ini adalah GeoEtnik. Jadi, setiap peserta wajib menampilkan karya bernuansa GeoEtnik," ujar Irvan A. Noe'man, Ketua Kurator Biennale.

Menurut Irvan, ajang ini merupakan momentum yang bagus bagi Indonesia. "Kalau benar-benar dimanfaatkan, bisa jadi suatu keunggulan dalam berkarya. Banyak inspirasi yang bisa digali dari Biennale ini," ungkapnya.

Dia menambahkan Bienalle menjadi penting karena dalam ajang seperti inilah, dapat diukur trend forecasting dan trend decoding yang terjadi dalam dunia desain saat ini dan tahun-tahun mendatang.

"Ajang seperti ini juga akan menunjukkan sejauh mana segala sesuatu yang kita pakai sehari-hari, selalu terkandung di dalamnya imperative aesthetic dan imperative creative," ujar Irvan.
Editor : Hery Lazuardi