Kalo nama-nama seniman besar asing seperti
Leonardo Da Vinci,
Picasso,
Micheangelo,
Gauguin nggak asing sama telinga kita dan nama-nama pelukis besar Indonesia malah belum pernah kita dengar, pasti ada yang salah ya? Mungkin karena selama ini kita lebih berkiblat ke barat dalam berkesenian, atau nama-nama mereka yang kurang diangkat. Seni lukis Indonesia di abad modern udah mulai sejak Belanda masuk ke Indonesia. Ketika itu, pada Abad 19, yang lagi ngetop di Eropa adalah lukisan dengan aliran romantisme dan ini jadi mempengaruhi para seniman Indonesia, terutama Raden Saleh Syarif Bustaman – atau yang lebih kita kenal dengan nama Raden Saleh. Awalnya,
Raden Saleh adalah asisten seorang pelukis Belanda, tapi karena bakatnya yang luar biasa, Raden Saleh jadi go international dan jadi pelukis di istana-istana di Eropa. Raden Saleh berasal dari keluarga bangsawan Jawa, sesuau dengan namanya, dan ayahnya adalah orang Indonesia keturunan Arab. Raden Saleh belajar melukis di Bogor dari seorang seniman Belgia, A.J. Payern, yang lalu tertarik dengan bakat muridnya itu, sehingga merayu Pemerintah Belanda untuk mengirim Raden Saleh ke Belanda untuk belajar melukis. Pada tahun 1836 Raden Saleh jadi orang Indonesia pertama yang masuk Freemason dan menghabiskan waktu selama lima tahun di sana, sebelum kemudian menjadi orang penting di yayasan itu. Raden Saleh baru kembali ke Indonesia di tahun 1851 setelah tinggal di sana selama 20 tahun, dan melanjutkan karirnya dalam melukis. Salah satu lukisan Raden Saleh yang paling terkenal adalah lukisan tentang Pangeran Diponegoro. Lukisan itu sudah dipulangkan ke Indonesia dari kerajaan Belanda pada tahun 1978, dan saat ini ada di Museum Istana Merdeka, Jakarta.
Raden_Saleh_-_Diponegoro_arrest
*** Seni lukis di Indonesia ini lalu berkembang lagi di jaman revolusi kemerdekaan. Tema romantisme pun berubah jadi tema kerakyatan dan perjuangan, dengan gaya abstrak. Kenapa? Karena waktu itu para pelukis kita kesulitan nyari alat lukis seperti cat dan kanvas, dan aliran abstrak pun “terpaksa” jadi pilihan.
Lalu tersebutlah nama Affandi yang melukis dengan jari. Jadi kalo
Paul Troilo yang beberapa saat yang lalu pernah dibahas Kopling memukau dunia dengan lukisan jarinya, sebenernya cara ini udah dilakukan oleh Affandi, yang dulunya adalah seorang mandor pabrik gula di Cirebon dan sebenarnya diharapkan oleh ayahnya jadi dokter itu. Affandi adalah pelukis yang berkarya sesuai dengan mood-nya. Bisa aja sebuah lukisan dengan tema yang sama akan dilukisnya berbeda di tahun yang lain. Sama juga seperti Troilo, kebanyakan karya Affandi adalah potret diri. Buat Affandi, melukis adalah caranya untuk menuangkan perasaan, pikiran, dan suasana hati. Dia dikenal sangat emosional. Selain itu, lukisan Affandi juga banyak terpengaruh budaya Bali, seperti barong dan adu ayam. Affandi dikenal sebagai sosok yang nyentrik. Dia nggak keberatan para kolektor lukisannya membeli karyanya dengan cara nyicil tanpa batasan waktu, dan tergantung keuangan si pembeli. Kesannya jadi kayak kurang menghargai karya sendiri ya, tapi justru karya Affandi yang paling laris saat ini! Lukisan Affandi dianggap sebagai lukisan kontemporer, dan karya beliau ketika itu udah lagi nggak tentang perjuangan, tapi tentang masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Salah satu lukisan Affandi, “Wisdom of East”, terpajang di Jefferson Hall di Honolulu. Sebelum tutup di usia 83 tahun, Affandi pernah bilang bahwa dirinya ingin mati dalam kesederhanaan, tapi menyusahkan siapapun, jadi dia dapat pulang kepadaNya dalam damai…
Affandi_'Wisdom_of_the_East',_fresco_mural
Kebanyakan pelukis Indonesia jaman dulu itu selalu mengangkat budaya daerah, dan seni lukis barat cuma dijadikan sebagai pembanding aja sama mereka. Mereka adalah pelukis-pelukis tradisional, tapi ada juga pelukis modern. Meskipun perkembangan seni lukis di Indonesia nggak sepesat di negara-negara barat, tapi sebenarnya kualitas para pelukis kita sama hebatnya dengan pelukis-pelukis asing. Lain kali, kita bahas lebih banyak lagi tentang para maestro lukisan Indonesia ya!
Sumber foto: wikipedia
No comments:
Post a Comment